With Zerga

ra.
5 min readAug 12, 2023

--

Aroma obat-obatan yang menyeruak ke seluruh ruangan kala Raya memasuki Klinik milik Zara, juga banyaknya pasien yang menunggu giliran untuk diperiksa oleh dokter mampu membuat Raya membeku seketika. Gadis itu sempat terdiam sesaat ketika melihat pasien baru yang datang tepat di depannya. Pasien tersebut dipenuhi oleh darah yang Raya yakini telah mengalami kecelakaan hebat.

Seketika bayang-bayang masa lalu terus memenuhi kepalanya, dadanya terasa sesak, sangat sakit sekali sampai Zerga datang menarik tangannya menyembunyikan tubuh mungil Raya di belakangnya seraya menggenggam erat tangan Raya sesekali mengelusnya lembut guna menyalurkan ketenangan.

"Lo gak apa-apa? Mau keluar?" Zerga menatap kedua manik Raya yang nampak bergetar. Gadis itu terlihat ketakutan hingga tubuhnya pun turut gemetar hebat.

"Hey, are you okay?" Tangan Zerga membenahi sebagian rambut Raya yang menutupi wajah gadis itu dan menyelipkannya ke belakang telinga.

“Gue takut darah.”

“Apa warna favorit lo?”

"Blue."

"Ikutin gue, we need to find a fruit that is blue, we need to find a fruit that is blue."

Raya awalnya sempat terdiam namun detik setelahnya dia langsung mengikuti perkataan Zerga. "We need to find a fruit that is blue."

"Terus, ucapin terus sampe lo merasa tenang." Zerga menggenggam kembali jemari itu, membawa Raya pergi keluar dari dalam Klinik.

Raya mengayunkan kakinya di sebuah kursi yang berada di taman kota seraya bersenandung kecil guna menghalau rasa bosan menunggu Zerga yang tadi sempat menyuruhnya menunggu di sini sebentar. Laki-laki itu tidak mengatakan ingin pergi ke mana secara jelas, seingatnya Zerga berkata izin pergi sebentar dan menyuruhnya diam di sini sampai laki-laki itu datang kembali.

"Nunggu lama ya? Maaf." Zerga datang, membawa satu kresek berisi berbagai jenis es krim varian rasa. Kini Zerga duduk di sebelah Raya, membantu gadis itu membukakan bungkus es krim. "Es krim semua? Buat siapa aja?"

"Buat lo, lah." Raya membelalak kaget, mana sanggup Raya menghabiskan es krim segini banyaknya. Apa Zerga sudah tidak waras, pikirnya.

"Gue gak nemu es krim rasa buah warna biru, adanya bungkusnya doang yang biru. Gak apa-apa, kan?" kata Zerga merasa bersalah. Tangannya mengambil alih es krim yang belum sempat Raya buka dan menyerahkan es krim miliknya yang sudah terbuka.

Raya menautkan kedua alisnya, "emangnya kenapa?"

"Lupa? Lo tadi bilang, we need to find a fruit that is blue 15 kali, dan gue gak nemu buah warna biru atau es krim rasa buah warna biru di sini."

"Zerga!" Laki-laki itu tergelak, mengingat lima belas menit yang lalu di mana Raya terus mengucapkan kalimat yang sama secara berulang sangat lucu dan menggemaskan sekali baginya.

"Gue kayak pernah denger lagu itu tapi di mana ya?" tanya Raya, merasa tidak asing dengan lagu tersebut.

"Itu lagu dari coco melon, I love rainbow popsicles yummy yummy popsicles." Zerga menyanyikan satu bait lagi anak-anak itu seraya menggoyangkan kepalanya ke kanan dan kiri.

Raya tergelak, gadis itu tertawa melihat betapa lucunya Zerga barusan. "Lo tau lagu itu dari mana?"

"Sepupu gue yang masih kecil suka main ke rumah liat coco melon, makannya gue hafal," jelas Zerga.

"Zerga."

"Iya?"

"Tolong bilangin Bunda ya, gue minta maaf karena gak jadi dateng ketemu sama Bunda." Gadis itu menunduk, menatap sepatu putihnya yang sudah mulai kotor.

"Bukan salah lo, Raya. Jangan salahin diri sendiri terus," sahut Zerga. Ia melempar stick es krim miliknya yang telah habis ke tempat sampah tanpa beranjak dari duduknya.

"Tapi tetep aja gue ngerasa bersalah, Zer."

"Night ride."

"Night ride? Kalo gue ikut Bunda night ride nanti Bunda bakal maafin juga?" Tawa Zerga pecah sejadi-jadinya pasalnya, membayangkan Zara membawa motor besar miliknya cukup menggelikan sekali menurutnya.

"Kok ketawa sih?" Benar-benar Raya sudah tidak habis pikir lagi dengan Zerga, selalu saja tertawa bukannya menjawab pertanyaannya.

"Maksudnya, night ride sama gue terus nanti Bunda bakal maafin lo," ucap Zerga membenarkan maksud dan tujuannya.

"Itu mah maunya lo, Zerga!" Lagi-lagi Zerga dibuat tertawa berkat Raya. Memang ini kemauannya, mengajak Raya berjalan-jalan berkeliling kota Jakarta pada malam hari sepertinya sangat mengasyikkan.

"Bunda gak marah sama lo, Raya. Dibilang Bunda gak apa-apa, jangan ngerasa bersalah terus, Ray."

"Ya udah deh. Ayo!" Alis Zerga terangkat. "Night ride?" tanyanya.

"Pulang, Zergaaa." Raya beranjak dari duduknya, menarik paksa tangan Zerga sebab melihat hari kian menggelap pertanda malam akan tiba.

"Nih pake jaket gue." Jaket yang semula dipakai oleh Zerga kini sudah di lepas oleh pemiliknya. Zerga menyerahkan jaket favoritnya kepada Raya.

"Kenapa?"

"Di pake aja. Kalo gak mau dipake iket aja di pinggang lo. Gue gerah soalnya." Zerga berjalan di samping Raya sesekali memerhatikan gadis itu akan memakai jaketnya atau tidak.

"Ck! Ribet!" Raya memilih mengikat jaket Zerga di pinggangnya ketimbang memakainya sesuai harapan laki-laki itu.

"Ayo pulang. Es krim nya udah cair semua ya?"

"Iya." Raya melihat kantung kresek tersebut dan dapat dipastikan semua es krim sudah mencair seluruhnya.

"Di kostan ada kulkas?"

"Ada, tapi kulkas bersama."

"Taruh es krim nya di wadah gitu, terus ditulisin punya Raya dari Zerga jadi jangan ada yang ambil. Kalo ada yang ambil nanti tumbuh kumis!"

"Perempuan mana ada tumbuh kumis?" protes Raya tidak terima. Ya meskipun ada perempuan yang memiliki kumis tetapi perkataan Zerga barusan sangatlah tidak masuk akal—maksudnya tiba-tiba perempuan tumbuh kumis seperti laki-laki bukankah sangat tidak masuk akal?

"Ya makannya kalo ada yang berani makan es krim lo, nanti orang itu bakal tumbuh kumis kayak Pak Cakra!" tegas Zerga.

Raya berhenti mendadak ketika mendapati tali sepatunya terlepas. "Siapa Pak Cakra?" tanyanya kepo. Hendak berjongkok untuk mengikat tali sepatunya, namun ia kalah cepat sebab Zerga berjongkok lebih dulu untuk mengikat tali sepatunya kencang agar Raya tidak terjatuh nantinya.

"Guru BK di SMA gue dulu. Kenapa? Mau kenalan?" Merasa ikatan sepatu Raya sudah erat, Zerga kembali berdiri. "Ngapain kenalan?"

"Siapa tau lo pengen kenal dia. Eh tapi jangan deh!" tolak Zerga tiba-tiba. Merasa tidak rela jika Raya bertemu Pak Cakra.

"Kenapa?"

"Pak Cakra nanti suka sama lo, soalnya lo cantik!" Raya merotasikan bola matanya malas, di pikir ia akan baper semudah itu?

"Gue punya nama panggilan baru buat lo."

"Apa?" tanya Zerga nampak antusias mendengar nama panggilan terbaru dari Raya untuknya.

"Zerga tukang gombal!" Zerga, laki-laki itu menyunggingkan sebuah senyuman manis. Siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona detik itu juga. Termasuk Raya yang hampir saja kehilangan kewarasannya bila ia tidak memutuskan kontak mata dengan cepat.

"Kalo gue bakal namain lo Raya berkumis." Tiba-tiba ide jahil tersemat di kepala Zerga begitu saja.

"Kenapa berkumis?" Sebetulnya Zerga hendak memberi tahu gadis itu tetapi ia memilih diam.

"Soalnya habis makan es krim tadi, lo jadi ada kumisnya." Raya yang masih belum bisa mencerna ucapan Zerga barusan memilih abai tidak peduli, namun seketika ia tersadar sesuatu. Buru-buru ia mengelap bagian atas bibirnya menggunakan baju dan benar saja terdapat noda cokelat yang tertinggal di bajunya.

"Setelah gue perhatiin, kumis lo lebih tebel dari Pak Cakra ternyata," ujar Zerga semakin gencar menggoda Raya sehingga aksi kejar-kejaran pun terjadi.

"ZERGA AWAS YA LO!"

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

ra.
ra.

Written by ra.

Welcome to my universe

No responses yet

Write a response